Apa Itu Depresi?




Apa Itu Depresi?

Sebagian besar orang pernah merasa sedih atau tertekan pada suatu waktu. Depresi   merupakan reaksi normal terhadap peristiwa kehilangan, hambatan dalam kehidupan, atau harga diri yang terluka.
Namun ketika perasaan sedih yang mendalam, tidak berdaya, putus asa dan tidak berharga itu berlangsung selama beberapa hari sampai berminggu-minggu dan menyebabkan Anda tidak bisa beraktivitas normal serta membuat Anda tidak bisa beraktivitas normal, maka hal ini bisa menjadi depresi klinis. Kondisi medis ini tidak sama dengan depresi biasa, namun dapat diobati.


Bagaimana Saya Tahu Jika Saya Memiliki Depresi?
Menurut DSM-IV, yaitu panduan yang digunakan untuk mendiagnosa gangguan mental, depresi terjadi ketika Anda memiliki setidaknya lima dari gejala berikut ini, pada saat yang sama:
  • Hampir sepanjang hari merasa depresi, terutama di pagi hari,
  • Hampir setiap hari kelelahan atau hilang energi.
  • Hampir setiap hari merasa bersalah atau tidak berharga
  • Gangguan konsentrasi, keragu-raguan
  • Hampir setiap hari mengalami Insomnia (ketidakmampuan / sulit untuk tidur) atau hipersomnia (tidur berlebihan)
  • Hampir setiap hari merasa kehilangan minat atau kesenangan dalam kegiatan sehari-hari
  • Berulang kali memikirkan tentang kematian atau bunuh diri. Tidak takut akan kematian
  • Rasa gelisah
  • Penurunan atau kenaikan berat badan yang signifikan.
Salah satu tanda utama dari depresi adalah suasan hati / perasaan yang sedih atau kehilangan minat dalam kegiatan yang biasanya Anda sukai. Untuk mendiagnosis depresi, tanda-tanda tersebut harus ada di sepanjang hari atau hampir setiap hari selama setidaknya dua minggu. Selain itu, gejala depresi perlu menyebabkan perasaan tertekan yang mendalam atau gangguan klinis yang signifikan.
Namun perlu diperhatikan bahwa gangguan klinis tersebut bukan akibat efek langsung dari zat tertentu, misalnya pengobatan atau narkoba, serta bukan merupakan akibat dari kondisi medis, seperti hipotiroid. Terakhir, gejala yang terjadi dalam waktu dua bulan akibat kehilangan orang yang dicintai, tidak dianggap sebagai depresi klinis.
Gejala Depresi
Menurut Institut Nasional Kesehatan Jiwa Amerika Serikat, orang yang menderita depresi, tidak mengalami gejala yang sama. Jadi tingkat keparahan, frekuensi dan lamanya depresi akan bervariasi, tergantung pada individu dan penyebabnya. Berikut ini adalah gejala umum penderita depresi:
  • Kesulitan berkonsentrasi, mengingat detail, dan membuat keputusan
  • Kelelahan dan energi berkurang
  • Perasaan bersalah, tidak berharga, dan / atau tidak berguna
  • Perasaan putus asa dan / atau pesimis
  • Insomnia, terjaga sampai pagi, atau tidur berlebihan
  • Mudah tersinggung, gelisah
  • Kehilangan minat dalam kegiatan atau hobi yang dulu disenangi, termasuk seks
  • Kehilangan kesenangan dalam hidup
  • Terlalu banyak makan atau hilang nafsu makan
  • Nyeri atau sakit yang menetap, sakit kepala, kram, atau masalah pencernaan yang tidak berkurang bahkan dengan pengobatan
  • Perasaan sedih, cemas, atau “kosong” yang menetap
  • Berpikir bunuh diri atau mencoba bunuh diri
Diperkirakan pada tahun 2020, depresi berat akan menjadi peringkat kedua setelah penyakit jantung iskemik, dalam hal penyebab utama kecacatan di dunia. Orang dengan depresi kadang-kadang gagal menyadari (atau menerima) bahwa ada penyebab nyata untuk mood depresi mereka, sehingga seringnya, mereka mencari tanpa henti untuk faktor penyebab eksternal.
Menurut Institut Nasional Kesehatan Jiwa Amerika Serikat, terdapat sekitar 14,8 juta orang dewasa menderita depresi berat di Amerika Serikat. Risiko bunuh diri pada orang dengan jenis depresi berat merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kondisi kejiwaan yang lain. Bunuh diri adalah penyebab kematian ketiga, pada orang di antara usia 10 dan 24 tahun. Sayangnya, kebanyakan orang dengan depresi klinis tidak pernah mencari pengobatan. Karena tidak terdiagnosis dan tidak diobati, maka depresi dapat memburuk, berlangsung selama bertahun-tahun dan menyebabkan penderitaan yang mendalam, dan mungkin bunuh diri.
Apakah tanda-tanda resiko Bunuh Diri?
Depresi membawa resiko bunuh diri yang tinggi. Siapa saja yang mengungkapkan pikiran untuk bunuh diri atau berniat bunuh diri, harus ditanggapi dengan sangat serius. Segera hubungi dokter  atau profesional di bidang kesehatan mental.
Peringatan tanda-tanda bunuh diri antara lain:
  • Berpikir atau berbicara tentang kematian atau bunuh diri
  • Berpikir atau berbicara menyakiti diri sendiri atau mencelakai orang lain
  • Perilaku agresif atau impulsif
Usaha bunuh diri yang pernah dilakukan sebelumnya, akan meningkatkan tingkat risiko untuk melakukan bunuh diri di masa depan. Setiap orang yang pernah mengucapkan bunuh diri atau kekerasan, harus ditanggapi dengan serius. Jika Anda berniat atau memiliki rencana untuk bunuh diri, segera pergi ke ruang gawat darurat untuk evaluasi pertama dan perawatan.
Apakah Jenis-Jenis Depresi itu?
Ada beberapa jenis depresi, antara lain:
  • Depresi Berat
  • Depresi Kronis (dysthymia)
  • Depresi Bipolar
  • Depresi Musiman (seasonal affective disorder / SAD, yaitu gangguan afektif musiman)
  • Depresi Psikotik
  • Depresi Postpartum
  • Substance-induced mood disorder (SIMD) yaitu gangguan mood hasil penggunaan zat tertentu.
Apakah Ada Depresi Jenis Lain?
Depresi jenis lain yang dapat terjadi antara lain:
  • Depresi Ganda, yaitu kondisi yang terjadi ketika seseorang dengan depresi kronis (dysthymia) mengalami depresi berat
  • Depresi Sekunder, yaitu depresi yang muncul setelah perkembangan kondisi medis tertentu, seperti hipotiroid, stroke, penyakit Parkinson, atau AIDS, atau setelah masalah kejiwaan, misalnya skizofrenia, gangguan panik, atau bulimia.
  • Pengobatan Depresi Kronis yang resisten, yaitu kondisi yang berlangsung lebih dari setahun , serta sangat sulit diobati dengan antidepresan dan psikoterapi. Untuk kasus ini, terapi electroconvulsive (ECT) biasanya merupakan pilihan pengobatan yang digunakan.
  • Depresi Tersembunyi, yaitu depresi yang bersembunyi di balik keluhan fisik dan tidak dapat ditemukan penyebab organiknya
Penyakit Apa yang Muncul dengan Depresi?
Depresi sering muncul pada penyakit lain seperti: kecemasan, gangguan obsesif kompulsif, gangguan panik, fobia, dan gangguan makan. Jika Anda atau orang yang Anda cintai memiliki gejala depresi dan / atau penyakit jiwa lain, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter Anda. Banyak perawatan tersedia untuk mengatasi depresi dan penyakit jiwa lainnya.
Apakah Depresi dapat Memiliki Gejala Fisik?
Zat kimia tertentu di otak atau neurotransmitter (khususnya serotonin dan norepinefrin) mempengaruhi mood dan rasa sakit, maka dari itu, umumnya orang yang mengalami depresi memiliki gejala fisik. Gejala-gejala ini mungkin termasuk nyeri sendi, sakit punggung, masalah pencernaan, gangguan tidur, dan perubahan nafsu makan. Gejala tersebut juga bisa disertai dengan ucapan dan gerakan yang melambat. Banyak orang pergi dari satu dokter ke dokter lain untuk mencari pengobatan gejala fisik tersebut, padahal gejala tersebut merupakan tanda depresi klinis.
Dimana Saya Dapat Memperoleh Bantuan untuk Depresi?
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala depresi, maka carilah perawatan dari penyedia layanan kesehatan di tempat Anda. Dia akan mengevaluasi gejala Anda dan akan memberikan pengobatan atau merujuk Anda ke ahli kesehatan jiwa.
Apa Penyebab Depresi?
Apa Penyebab Utama Depresi?
Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena depresi antara lain:
  • Kekerasan. Kekerasan fisik, pelecehan seksual, atau emosional di masa lalu dapat menyebabkan depresi di kemudian hari.
  • Obat-obatan tertentu. Sebagai contoh, beberapa obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, seperti beta-blocker atau reserpin, dapat meningkatkan risiko depresi.
  • Konflik. Depresi dapat disebabkan dari konflik pribadi atau perselisihan dengan anggota keluarga atau teman-teman.
  • Kematian atau kehilangan. Kesedihan atau kedukaan karena kematian atau kehilangan orang yang dicintai, meskipun ini alami, juga dapat meningkatkan risiko depresi.
  • Genetik. Riwayat keluarga yang memiliki depresi dapat meningkatkan risiko depresi. Hal ini karena diperkirakan depresi diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Walaupun masih belum diketahui secara pasti bagaimana hal ini dapat terjadi.
  • Peristiwa Besar. Bahkan peristiwa baik seperti memulai pekerjaan baru, kelulusan, atau menikah dapat menyebabkan depresi. Begitu juga dengan perpindahan tempat, kehilangan pekerjaan atau pendapatan, bercerai, atau pensiun.
  • Masalah pribadi yang lain. Masalah-masalah seperti isolasi sosial akibat penyakit jiwa lain atau dikucilkan anggota keluarga atau masyarakat juga dapat menyebabkan depresi.
  • Penyakit Berat. Kadang-kadang depresi berdampingan dengan penyakit berat atau merupakan reaksi terhadap penyakit.
  • Penyalahgunaan zat. Hampir 30% dari orang-orang dengan masalah ini, juga memiliki depresi berat atau klinis.
Bagaimana Faktor Biologi Terkait dengan Depresi?
Para peneliti telah mencatat perbedaan dalam otak penderita depresi dibandingkan dengan yang tidak depresi. Misalnya hippocampus, yaitu bagian kecil dari otak yang berperan penting untuk menyimpan memori, tampaknya lebih kecil pada orang dengan riwayat depresi dibandingkan orang yang tidak pernah depresi.
Hippocampus yang lebih kecil memiliki reseptor serotonin lebih sedikit. Serotonin adalah zat kimia otak yang menenangkan, dikenal sebagai neurotransmitter yang memungkinkan komunikasi antara saraf di otak dengan tubuh. Diperkirakan juga bahwa norepinefrin neurotransmitter mungkin terlibat dalam depresi.
Para ilmuwan belum mengetahui mengapa hippocampus lebih kecil pada orang dengan depresi. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa hormon stres kortisol diproduksi secara berlebihan pada orang depresi. Peneliti tersebut percaya bahwa kortisol memiliki efek toksik atau beracun bagi hippocampus. Sedangkan beberapa ahli berteori bahwa penderita depresi lahir dengan hippocampus lebih kecil dan karena itu cenderung untuk menderita depresi.
Satu hal yang pasti, depresi adalah penyakit kompleks dengan banyak faktor. Pindai dan studi kimia otak terbaru dari efek penggunaan antidepresan, telah memberikan perluasan pemahaman mengenai proses biokimia yang terlibat dalam depresi. Seiring dengan peneliti lebih memahami penyebab depresi, maka profesional kesehatan akan dapat membuat diagnosis yang lebih baik dan pada akhirnya dapat meresepkan rencana pengobatan yang lebih efektif.

Bagaimana Mencegah Depresi?

Mencegah Depresi
Hanya sedikit penelitian mengenai pencegahan serangan pertama depresi. Tapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga dapat membantu mencegah serangan pertama depresi. Olahraga juga dapat membantu mencegah depresi datang kembali (kambuh) dan mungkin dapat mengobati gejala-gejala depresi ringan.
Jika Anda khawatir Anda mengalami depresi, segera berbicara dengan dokter Anda. Skrining rutin untuk depresi membantu menemukan depresi lebih dini, dan pengobatan lebih dini dapat membantu Anda lebih cepat sembuh.
Anda mungkin dapat mencegah depresi dengan menghindari alkohol dan narkoba. Alkohol dan narkoba dapat memicu depresi, dan jika Anda sering menggunakannya, biasanya merupakan tanda bahwa Anda mengalami depresi.
Mencegah Depresi Datang Kembali
Anda mungkin dapat mencegah depresi datang kembali (kambuh) atau menjaga  agar gejala Anda tidak semakin memburuk jika Anda:
  • Minum obat sesuai yang telah diresepkan dokter. Depresi sering kembali jika Anda berhenti minum obat atau tidak minum obat sesuai anjuran dokter Anda.
  • Tetap melanjutkan pengobatan Anda setelah gejala membaik. Dengan minum obat selama minimal 6 bulan setelah Anda merasa lebih baik, dapat membantu menjaga Anda dari kambuhnya depresi. Jika ini bukan pertama kalinya Anda mengalami depresi, dokter Anda mungkin ingin agar Anda minum obat lebih lama lagi. Anda bisa mendapatkan manfaat dari pengobatan jangka panjang dengan antidepresan.
  • Tetap melanjutkan terapi kognitif-perilaku setelah gejala membaik. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang meneruskan jenis terapi ini memiliki kemungkinan lebih kecil mengalami depresi kembali.
  • Makan makanan dengan diet seimbang.
  • Lakukan olahraga secara teratur.
  • Segera dapatkan pengobatan jika Anda melihat bahwa gejala depresi datang kembali atau semakin parah.
  • Memiliki pola tidur yang sehat.
  • Hindari obat-obatan dan alkohol.
DONT FORGET LEAVE COMMENT GUYS^^

0 komentar:



Posting Komentar